Sabtu, 05 September 2009

cinta yang selalu mencintai

Cinta yang selalu mencintai


Untuk seseorang yang selalu hadir dalam setiap lamunanku

Cinta... ternyata tanpa kamu...langit masih biru, matahari masih bersinar, bumi masih berputar, dan aku yang sekarang masih tetap sama dengan aku yang dahulu.
Senyum masih setia menghiasi hari-hariku.
Malah... mungkin hari ini jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Tapi, semuanya tidak lebih indah dari saat-saat di mana ada kamu yang mau berjalan seiiring waktu hidupku.
Tidak lebih indah, dari saat-saat di mana aku masih boleh mengharapkan kamu kembali untukku.
Memang benar, semuanya perlu waktu, karna waktulah yang paling mengerti betapa indahnya cinta saat itu.
Tapi... apabila cinta yang ditunggu tidak kunjung datang ?
Bak musim kemarau yang mendambakan derasnya hunjan dan musim hujan yang mendambakan teriknya matahari.

Apakah aku masih boleh berharap?
Berharap tanpa seberkas kepastian kalau cinta akan segera kembali padaku?
Bagaimana detigan waktu? Mungkinkah waktu ikut berhenti saat aku menunggu?
Apa waktu mau menunggu?
Sebegitu sabarkah waktu sehingga ia rela menungguku yang setia menunggumu?
Menunggumu 10 hari, tidaklah sama dengan 1 hari.
Tidak secepat itu... dan mungkin lebih lama dari satu tahun bagiku.
Memang seharusnya dalam 10 hari itu, banyak yang bisa kuperbuat...
Tapi saat aku menunggu, mungkinkah aku berjalan?
Tentu tidak... aku sungguh-sungguh sedang menunggu.
Tak pemah.'kupalingkan hatiku darimu.
Tak tergoyahkan rasa cintaku kepadamu.
Tapi saat kusadari bahwa semuanya tidak ada hasilnya...
maka seminggu, sebulan, atau mungkin setahun, sama dengan sepuluh hari yang sia-sia.

Saat aku keluar melihat dunia, angin seolah berbisik mengatakan kepadaku, kalau aku sudah menyia-nyiakan 10 hari dalam hidupku.
Siapakah yang salah? Cinta?
Jangan pernah menyalahkan cinta, bila tak tahu makna mencinta.
Cinta selalu datang dengan segala buaian dan keindahan...
Kitapun lahir atas nama cinta.
Segala yang hidup di dunia ini, ada karna cinta.
Bagaimana bunga bisa mekar? Karna ada Allah yang mencintainya.
Allah memberikan kehidupan kepadanya dan Allah pula yang memekarkannya.
Semuanya itu, atas nama cinta. Kalau bunga saja hidup dari cinta, apalagi dengan kita?
Seketika kupikirkan, kubayangkan dan ku coba tuk menjawab bagaimana
indahnya cinta...
Hmmph... Tak kutemukan jawabannya, semakin kupikirkan... semakin dalam rasa yang ingin kuungkapkan dan semakin sulit untuk kubahasakan.

Apakah salah seorang dari kamu bisa menjelaskan bagaimana indahnya cinta?
Bukankah sama sulitnya dengan menjelaskan bagaimana harumnya bunga mawar?
Hijaunya hutan cemara? Merdunya suara kicauan burung?
Dan.. betapa waktu tiba- tiba menjadi teramat berharga saat kamu melihat senyuman orang yang paling kamu cintai?
Betapa indahnya dunia, saat matanya anya tertuju padamu seorang dan sedang menatapmu penuh arti...
Ku yakin, hanya hatimu yang bisa menjawab bagaimana indahnya cinta itu.
Apabila kamu masih dapat menjawabnya dengan mulutmu... Sungguh... kamu tidak tahu apa-apa tentang cinta.
Biarlah waktu sendiri yang menjelaskannya dan bersabarlah...
Karna hanya cinta adalah kesabaran...
Sabar, setia, dan tulus menerima apa adanya.
Sama seperti bumi yang hanya mengharapkan panas dari matahari tanpa sesekali mengharapkan hujan darinya.

Cinta... aku menerimamu tulus apa adanya.
Segala kekuranganmu yang bisa kudengar dengan telingaku dan kulihat dengan kedua mataku , tidaklah berarti apa-apa.
Tak pernah sesekali kubiarkan hatiku untuk turut mempercayai semuanya itu.
Sampai hati, aku menolak seorang sahabat yang membenarkan kedua indraku ini.
Tapi aku tulus membelamu, sepenuh jiwa dan ragaku.
Ketulusanku telah membuat aku memaklumkan semua kekuranganku.
Sehingga menjadikan kamu selalu sempurna dalam pandangan hatiku.
Mungkin... semuanya akan tetap begitu selamanya... dan biarlah semuanya tetap begitu adanya.
Cinta adalah sabar, cinta adalah setia, cinta adalah tulus menerima apa adanya.
Tapi apalah artinya semua itu.

Saat KAMU... orang yang paling kucintai, tidak dapat melihat semuanya itu?
Semuanya tidaklah berarti apa-apa, sejak kutau... orang yang kucintai, merasa terusik oleh tulusnya cintaku.
Sejak orang yang kucintai, menginginkan aku supaya aku... tidak
pernah memberikan cintaku kepadanya lagi.
Cintaku, kesabarabku, kesetiaanku, ketulusanku menjadi tidak berharga dan sia-sia.
Mungkin saat itu... surga pun akan tampak seperti neraka bagiku.
Sejenak aku berkecil hati dan menganggapku tidak lagi berarti apa-apa.
Mungkin terlintas dalam benakku...
dengan tegarnya aku hendak membohongi hatiku... sehingga terucaplah kata-kata dari bibirku,
"Lupakanlah dia... dia bukan siapa-siapa, dia tidak pantas untukmu!".
Tapi hatiku berteriak, jauh lebih keras dan suaraku, "Bibir... kamu salah... bukan!
Bukan dia yang tidak pantas untukku... Tapi aku yang tidak pantas untuknya.
Lihatlah! Cintaku, kesabaranku, kesetiaanku, dan ketulusanku bukanlah apa-apa baginya...
Tapi kehadirannya saja adalah nafas hidupku, suaranya adalah semangatku, dan senyumannya adalah canda dan tawaku.

Aku bukanlah siapa-siapa baginya... Tapi dia... ?
Dia adalah segalanya! Dia punya segalanya bagjku dan aku tidak..."
Betapa bodohnya aku yang pemah meparuh setetes harapanku kepadamu yang begitu berharga, tanpa aku melihat siapa aku ini.
Cinta memang telah membutakan kedua mataku, sehingga aku pun tidak lagi mengenali siapa diriku.
Tak terpikirkan olehku, bagaimana akal sehatku dapat berpikir... bahwa kamu akan membalas cintaku.
Aku telah menjadikan diriku... tampak seperti pasir di kedalamannya lautan yang berharap dapat melihat betapa indahnya pelangi.
Aku memang terlalu bodoh untuk mengharapkan cintamu.
Memang, sudah terlambat aku menyadari semuanya itu, tapi aku harus tetap bangkit.

Kukuatkan hatiku, meskipun hanya kenangan yang setia menemaniku.
Hanya tinggal senyumanmu, yang samar-samar masih teringat dalam benakku, yang mungkin besok atau Iusa akan segera meninggalkan ku, mengikuti jejakmu untuk lari daripadaku.
Meskipun ini bukan akhir yang kuinginkan. Tapi aku tidak pemah menyesalinya.
Kehadiranmu adalah bintang dalam malamku dan pelangi dalam mendungku.
Trimakasih kuucapkan setulus hatiku. Trimakasih untukmu.
Trimakasih untuk senyumanmu.
Trimakasih atas kehadiranmu yang akan selalu membuat kenanganku menjadi teramat berharga setiap aku mengenangnya nanti.
Kuakui memang, selamanya... apapun yang kuperbuat tidak dapat membuatku berarti apa-apa di hadapanmu, aku tetap tidak dapat memberikan sesuatu yang berharga untukmu, karna kamu jauh lebih berharga dariku.
Bagaimana mungkin bumi dapat membalas terangnya matahari? Bukan maksudku, tapi semuanya di luar batas kemampuanku.

Aku bukanlah seorang penulis yang berbakat, tapi hanya ini yang bisa kulakukan.
Setulus hatiku...
Kuutarakan perasaan cintaku kepadamu, kuabadikan rasa sayangku kepadamu lewat goresan penaku.
Berharap kamu dapat membacanya suatu saat nanti, berharap kamu tidak menyesal pernah mengenalku.
Dan untuk kamu ketahui... karna kehadiranmu, setiap langkahku menjadi berharga, begitu pula saat kamu membaca tulisanku ini, kamu telah menjadikan tulisanku ini berharga.

From the bottom of my broken heart...

1 komentar:

  1. saya ikut ramaikan blognyah ka fadlyy...http://www.laymark.com/l/cz/cz19.gif

    BalasHapus

hai bro!!!di tanggepin ya...terserah dueh mo ngomong apa...yang penting g berhubungan ma SARA (suku, agama, ras, anatomi tubuh)